Takbir menyiratkan lautan makna yang tidak bertepi. Ia senantiasa
memberikan makna baru bagi mereka yang ingin menggoreskan pena mengungkap
rahasia-rahasianya. Dengan takbir, para pejuang kemerdekaan merebut tanah air
dari belenggu penjajah, mengorbankan raga dan jiwa demi tegaknya kedaulatan
negara dan terciptanya harkat dan martabat bangsa. Mereka memberikan segala
bentuk pengorbanan demi generasi bangsa di kemudian hari dengan memekikkan
(الله أَكْبَر).
Dengan perilaku seperti
ini, mereka telah mengikuti jejak Nabi Saw yang senantiasa bertakbir di saat
menaklukkan Khaibar.
Dengan takbir, umat Islam di seantero
alam membuat ruang-ruang langit bergetar kuat oleh gema takbiran. (الله
أَكْبَر) yang menggerakkan hati umat untuk datang berbondong-bondong
mengumandangkan takbir sebagai tanda kemenangan dari perjuangan spiritual dalam
menahan lapar, haus, dan hawa nafsu di bulan suci Ramadhan. (الله أَكْبَر) yang
menyediakan fasilitas-fasilitas gratis bagi mereka yang ingin memperoleh ridha,
rahmat, dan kedekatan spiritual terhadap-Nya di bulan suci itu. (الله أكْبَر)
yang memberi bulan Ramadhan nuansa ibadah yang sangat berbeda dengan
bulan-bulan lain. Sebulan sebelum datangnya bulan suci ini, ia telah hidup di
hati, senantiasa dikenang, dan didamba-dambakan. Sebulan lagi ia akan datang
menyapa, tetapi kehadirannya telah memenuhi sendi-sendi manusia yang cinta
kepada anugerah ilahi dari apa yang disuguhkan Ramadhan. Di pagi hari Id,
dengan penuh kegembiraan yang luar biasa mereka menghaturkan tanda kesyukuran
atas taufik dan hidayah-Nya dalam menjalani ibadah-ibadah ramadhaniah dengan
menyorakkan (ألله أَكْبَر).
Di padang Arafah sana, jamaah haji di
seluruh dunia mengisi ruang-ruang langit negeri Allah dengan gema takbiran.
(الله أكْبَر) yang mengumpulkan mereka dari pelbagai belahan dunia dengan satu
tujuan suci, menyiratkan makna-makna ukhrawi dari pelbagai ibadah haji; pakaian
putih mereka menyiratkan kebersihan fisik dan rohani pribadi muslim yang taat
agama, mengingatkan manusia tentang kematian, pintu menuju alam akhirat,
menandakan persamaan derajat di sisi Allah SWT, meski status sosial mereka
berbeda-beda, serta memberitahu hakikat kehidupan dunia ini, bahwa sumber
keselamatan dunia-akhirat bukan dengan membanggakan diri, harta, dan keluarga,
tetapi dengan berpegang teguh kepada syariat Islam.Ibadah kurban
menyuarakan kedekatan spiritual hamba yang senantiasa dituntut untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengabaikan segala sesuatu yang dapat
menjadi penghalang dalam meniti jalan-jalan ukhrawi. Tentunya, di sana ada
kebulatan tekad, pengorbanan yang luar biasa demi mencapai kemuliaan ini. Yah,
karena pada saat itu, mereka meninggalkan keluarga demi memenuhi panggilan
ilahi yang dititahkan kepada Nabi Ibrahim as
Di pagi hari raya Idul Adha,
rumah-rumah Allah di seluruh dunia ikut serta menyemarakkan syiar-syiar haji
dengan menyorakkan (الله أكْبَر).
Dengan takbir,
wajah-wajah dunia kala itu dapat menangkap pesan-pesan ilahi yang
mengilustrasikan persatuan dan persamaan. Di sana ada satu hakikat yang mampu
menyatukan umat, menepis segala bentuk perbedaan, seperti: kulit, bahasa, suku,
dan lain-lain, dan mengayomi langkah umat dalam meniti kehidupan dunia-akhirat.
Tentunya, hakikat itu adalah hakikat ketauhidan yang menegaskan bahwa setiap
manusia sama di hadapan Allah SWT, tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali
ketaqwaan.
0 komentar:
Posting Komentar